CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 18 Mei 2014

Smile like Watermelon (Fiksi)

Seperti biasa, aku membuka jendela kamarku setiap sore. Ada dua alasan mengapa aku selalu membuka jendela kamarku setiap sore, pertama karena pemandangannya pasti indah dan yang kedua itu adalah saran Ronny, calon pacarku yang tertunda. Cahaya jingga menyeruak masuk ke dalam kamarku sehingga tembok kamarku menjadi berwarna jingga. "Hmmm .. darimana aku harus memulainya ya ?" gumamku sambil membuka-buka buku referensi yang harus aku ringkas untuk tugas paperku, ku teruskan membuka halaman demi halaman dan tidak ada satupun ide yang 'nyantol' ke dalam pikiranku, "ah, aku rasa ini gak akan berguna jika aku hanya berdiam diri dan gak nyari inspirasi" aku masih aja bergumam dan menggerutu. Aku tinggalkan aktivitasku dan bergegas keluar rumah. "Nan, mau kemana kamu ? sore-sore gini .. hampir maghrib lho" kata mamaku yang sedang menonton acara gossip di TV, "aku cuma mau cari inspirasi ma, tugas paperku ini bikin aku gila" dan mamaku hanya menggelengkan kepala. Mungkin mamaku tahu bahwa anak perempuan satu-satunya ini butuh penyegaran, seperti pergi ke bukit belakang kampus ataupun ke cafe yang ada di dekat kampus. "Nan, tunggu" aku berhenti dan menghampiri mama, agak aneh juga mamaku ini, tiba-tiba mamaku mengeluarkan uang Rp 200.000,00  "ini .. jaga-jaga kalo kamu ketiduran di tempat semedimu itu" aku menerimanya dengan tersenyum "makasih ya maa, sayang deh sama mama" sebuah kecupan mendarat di kening mama "kalo dikasih uang aja terus baik" aku mengambil sepedaku dan pergi.

^^
"Sepi ya .. iyalah udah sore .." gumamku sambil merebahkan tubuhku di sebuah pohon besar. Ku ambil buku gambar dan pensil, pemandangan kota sore itu benar-benar indah. Arsiran demi arsiran ku goreskan di atas buku gambar itu. Dengan tambahan burung yang terbang bersama kelompoknya, aku mendapat inspirasi untuk mengerjakan tugas paperku yang sialan itu. Ya, aku adalah anak jurusan Sosiologi, mungkin saat itu aku sedang 'merem', tapi ya ah sudahlah. Aku kuliah di universitas swasta di Jogjakarta. Saat aku sedang mengarsir langit, azan maghrib berkumandang, itu artinya aku harus segera pergi dari bukit itu, tempat semediku. Aku menuruni bukit itu dengan hati-hati, menuntun sepeda miniku dengan mengerem sedikit demi sedikit. "oh iya, tadi mama ngasih uang lumayan gedhe, mampir cafe ah .." gumamku. Aku memilih untuk duduk di luar, agar bisa melihat pemandangan orang yang kelelahan setelah bekerja, atau sebuah keluarga yang masuk ke cafe dengan wajah berseri-seri. "permisi Mbak Keenan, mau pesan apa? " tiba-tiba waitress membuyarkan lamunanku "eng anu mas, aku pesen coffee de latte sama kamar bola ya" "oke mbak, siap" kata waitress itu sambil membalikkan badannya. Sambil menunggu pesananku datang, aku membuka lagi buku gambarku dan mengambil pensil di dalam tempat pensilku. Aku memperbaiki lagi gambar yang menurutku masih kurang bagus.
^^
"nggambar apa mbak ?" "oh, ini .. biasa mas pemandangan dari bukit .." "bagus lho mbak, coba dilukis di kanvas mbak, siapa tahu ada yang tertarik mbak" kata waitress sambil menaruh sepiring kamar bola dan secangkir coffee de latte "belum kepikiran mas, ya coba deh kalo sempat ya mas, oh iya makasih ya mas" "siap mbak, selamat menikmati". Melihat pemandangan malam hari memanglah indah, lampu-lampu kendaraan, suara klakson dan hiruk pikuk kota di malam hari. Ketika aku sedang mengunyah bakso, tiba-tiba seorang laki-laki duduk di kursi nomor 3, ya di sebelah kiriku. "sepertinya aku pernah melihat orang ini" gumamku, semakin aku perhatikan semakin dia merasa aneh dan memandangku seperti orang aneh. Ku hentikan rasa penasaranku terhadapnya dan menyeruput kopiku, walau sudah dingin, aku tetap menikmatinya. Sebuah tepukan mendarat di pundakku, aku terkejut hampir saja aku menumpahkan isi minumanku dan untung saja tidak tumpah, ternyata laki-laki yang tadi ku amati juga penasaran denganku. "kamu adik kelasku dulu kan ?" katanya sambil membungkuk, ingin duduk namun malu-malu, "iya sih kayaknya, kakak dulu SD Pelita Harapan ?" seingatku dia adalah kakak kelasku waktu SD, aku kelas 1 SD dan dia kelas 2 SD. "iya, aku temannya Ronny, ingat kan kalo Ronny ? yang dulu suka ngegangguin kamu kalo lagi jajan di kantin, nah aku yang sering bareng sama Ronny" ternyata lelaki ini teman dari Ronny, musuh sekaligus calon pacar yang tertunda waktu aku SMA, ya kira-kira dulu waktu SMA dia pernah mendekatiku. "kamu pasti kak Joe, iya kan ? Ronny sering cerita sama aku tentang kamu hehehe, kamu dulu di Jakarta kan ?" dia sepertinya terkejut dengan perkataanku barusan, dia merasa bahwa aku mengetahui semuanya tentang dia, kecuali penampilannya saat ini, dia menggaruk-garuk kepala dan agak terbata-bata dalam mengucapkan keheranannya "k-k-kok kammu t-t-tau sih ? kamu pacarnya Ronny ?". Darah di dalam tubuhku seperti berhenti ketika dia mengucapkan kata 'pacar'. Bagaimana tidak, Ronny hanya bermain-main dengan perasaannya kepadaku dan tiba-tiba bersama dengan perempuan lain, ya macam zaman sekarang namanya 'PHP'. "bukan kok, aku pernah deket sama Ronny, ya walaupun sampai sekarang masih sering kontak juga hehehe" kataku sambil tersenyum getir dengan mengatakan 'masih sering kontak'. Akhirnya kami mengobrol sampai pukul 20.00, "waduh, udah malem nih kak, aku pulang dulu ya kak, bisa-bisa diamuk mama entar hehe" pamitku "oke, oke, hati-hati ya .. eh, by the way, aku minta nomor ponsel kamu boleh ?" aku terhenyak mendengar perkataannya, "untuk apa kak ?" "yaaa .. buaat .. biar lebih kenal aja sih, boleh kan ?" aku mengeluarkan ponselku dan mencari nomorku sendiri, maklum aku pelupa dalam hal itu "085724432696, itu kak .. aku pulang dulu ya dadah" dia menoleh ke arahku dan tersenyum, aku membalas senyumnya. Aku mengayuh sepedaku dan dari kejauhan terdengar "terima kasih" dan aku hanya tersenyum.
^^
Senyuman Joe masih melekat di pikiranku di sepanjang perjalanan. "kok baru sampai ?" kata mama sambil mengikir kuku, mama memang senang dengan nail art. Terkadang aku menjadi kelinci percobaannya, memang bagus sih tapi aku sendiri kurang suka dengan nail art. "tadi ketemu kakak kelasku waktu SD, ya jadi cerita banyak deh" "ciyeeee, pasti cowok ya ? pantesan daritadi mama liat senyam-senyum sendiri" mama memergokiku senyum-senyum sendiri "iya cowok, eeeh enggak kok duh mama nih" kataku sewot. Akhirnya dengan inspirasi yang ku dapatkan dari melukis tadi, aku mengerjakan tugas paper yang menyebalkan hingga pukul 00.00. Tiba-tiba ponselku berbunyi "ah, sepertinya ada SMS" gumamku, aku mengambil ponselku yang ku taruh di atas laci kamar. Ku buka kunci tombolnya dan ternyata Joe ! jantungku berdebar sangat kencang, aku membuka pesan itu dan huala. Isi pesannya berbunyi begini "selamat malam Keenan, sudah tidur belum ? maaf ganggu" aku jawab saja belum tidur, akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan tugasku yang hampir selesai itu. Ponselku berbunyi lagi dan saat ku buka ternyata Joe lagi, "udah malem lho, kok belum tidur ?" aku jelaskan saja apa yang sedang ku kerjakan, akhirnya kami saling membalas SMS hingga pukul 02.00. Aku mengantuk, aku mengatakan padanya bahwa aku ingin tidur dan kami berpamitan.
^^ 
"Ini pak, tugas paper saya" aku menyerahkan tugas paper yang aku kerjakan tadi malam, beberapa kali aku menguap karena tadi malam aku tidur pukul 02.30, ya karena tugas ini dan berbincang-bincang lewat SMS dengan Joe. "kembali ke tempatmu Keenan, tugasmu akan saya koreksi" kata Pak Arifin, Dosenku, aku kembali ke tempatku. Entah mengapa, Pak Arifin tidak pernah marah kepadaku, padahal kalau dipikir lagi tugas yang aku kerjakan sering tidak sinkron dengan paragraf sebelumnya. Banyak tugas yang aku kerjakan dengan pengandaian binatang atau minoritas tanpa ada fakta yang aku tampilkan. Mungkin seharusnya aku mengambil sastra Indonesia saja, karena aku lebih pantas menjadi pendongeng fabel. "Nan, fakultas tetangga denger-denger ada mahasiswa transferan" kata Faby, sahabat sekaligus ibu peri disaat aku 'bokek', "emang siapa ?" kataku hambar, sebenarnya aku kurang peduli dengan fakultas tetangga, fakultas yang dimaksud adalah fakultas DKV yang notabene isinya laki-laki semua. "namanya kalo gak salah sih Joe Mahardika .. katanya sih ganteng gitu .." hampir saja aku menyemburkan isi coca cola yang masih ada dalam mulutku. Aku terkejut, "kenapa kemarin Joe enggak bilang ya ?" gumamku. "kamu kenal sama Joe Mahardika ?" kata Faby penasaran. "i-i-iya fab, dia temennya Ronny, terus kemarin aku sama dia ngobrol banyak, tapi dia enggak nyinggung kampus gitu" "ciyeeeeee, ternyata sahabatku satu ini udah punya gebetan, ganteng lagi aduuuh mau doooong dikenalin, hehehehe" pernyataan sahabatku ini membuatku antara geli, malu dan ada sebuah getaran yang mengalir di dalam tubuhku. "kamu kenapa sih nan ? kok diem aja ? speechless ya ? hehe ciyeee" aku menunduk, tidak tahu lagi harus bilang apa.
^^
Setelah melewati perhelatan yang panjang, akhirnya aku bertemu lagi dengan Joe di cafe. "iya, aku memang satu universitas sama kamu, aku pindah dari Jakarta .. karena kangen Jogja. Maaf ya .. aku enggak bilang dulu sama kamu" kata Joe sedikit menyesal, sebenarnya aku juga tidak marah, hanya ingin tahu saja. "kak, kak .. yang marah juga siapa. Aku cuma tanya kok, soalnya kakak lagi jadi trending topic di fakultasku, soalnya fakultas kita tetanggaan" jelasku. "kamu kok gak bilang ?" katanya terkejut setelah mendengar pernyataanku barusan. "kakak juga enggak bilang kan ? kak, ikut kelas fotografi yuk, asyik lho kak" "hehehe, iya maaf ya nan, boleh banget tuh, kamu ikut kan ?" kata Joe sambil menggaruk-garuk kepalanya yang aku yakini tidak gatal. "aku ikut kak" "okedeeeh .. kapan itu ?" "besok .. gimana ?" Joe terlihat menghitung sesuatu, yang pasti bukan menghitung awan, ataupun uang sakunya. "kalau jam 3 aku bisa nan, gimana ?" "kebetulan, mulainya jam 3 kak .. okedeh aku tunggu besok yaaa" "iya nan, kamu mau pulang ? aku anter ya ?". Aku terhenyak, dan seketika kepalaku mengangguk, "hei ada apa ini ? apakah aku menyukainya ?" batinku. Aku naik ke atas motornya dan memakai helm "sudah siap ?" aku mengangguk. Entah sengaja atau memang kebiasaannya yang suka mengebut, dari balik punggungnya aku melihat di speedometer kecepatannya kira-kira 80km/jam. "kak, hobi ngebut ya ?" suaraku samar-samar sehingga ia membuka kaca helmnya. "iya hehehe". aku hanya memegang erat peganganku dan berdoa agar aku dan Joe bisa sampai di rumah dengan selamat. Orang-orang yang ada di jalanan melihatku aneh, mungkin karena komat-kamit ku ini. Sesampainya di rumah aku berterima kasih padanya dan masuk rumah. Sebuah senyuman manis dari Joe membuat aku lumpuh begitu saja saat aku melangkahkan kaki untuk masuk ke rumah.
^^ 
"Oke, selamat siang semua" kata kak Andi, pengisi kelas fotografi siang ini. Seperti biasa aku memilih duduk di depan agar aku mudah untuk memahami materi. Tiba-tiba ada suara ketukan pintu, "masuk aja" kata kak Andi "maaf kak, saya telat" ternyata Joe. Dia benar-benar menepati janjinya. Entah mengapa aku tersenyum kepadanya, dia duduk di sebelah kananku. "aku telat banget ya ?" "enggak kak, barusan aja mau dimulai". "oke, hari ini kita mau bahas tentang photoshop, ada yang sudah tau tentang photoshop ?" kata kak Andi membuka materi hari ini, semua peserta tidak ada yang mengacungkan tangan ataupun bilang "saya kak" sama sekali. Hampir satu menit kak Andi mencari bibit unggul photoshop dan bingo ! "saya kak" kata Joe sambil mengacungkan tangan. "oke, siapa namamu ?" "Joe Mahardika kak, fakultas DKV" kak Andi mangut-mangut, sepertinya tahu kemampuan Joe. "oke Joe, bisakah kamu sebutkan apa saja yang kamu tau di photoshop ?" Joe menyebutkan semua yang ia ketahui, mulai dari yang ada di toolbox sampai menu-menu edit yang aku sendiri sebenarnya tidak tahu. Dan setelah diselidiki lagi, ia anak Photoshop, "kakak kok jago sih soal photoshop ?" "lah, kerjaannya anak DKV kan kalo enggak bikin grafis ya ngedit foto nan, hehehehe" Joe tertawa lepas. Senyum dan tertawanya seperti semangka di siang hari, menyegarkan. Sepertinya aku memang jatuh cinta pada Joe, setiap dia tersenyum, setiap dia mengucapkan kata, seperti ada sesuatu yang membuat lega.
^^
Hampir sebulan Joe ada di kampusku, sepertinya Joe mulai betah. 2 minggu ini dia sering mengajakku ke rumahnya. Di sana aku sering memandikan anjing goldennya, yang ia beri nama Fucia, entah nama apa itu, yang terpenting adalah Fucia selalu menurut jika ku suruh duduk dan mengejar tongkat yang berbentuk seperti tulang. "Nan, katanya ada pameran di kelas fotografi ?" kata Joe sambil mengunyah donat yang aku beli di seberang jalan. "iya, minggu depan kak, kakak mau ikut ?" "iya, kamu ikut ?" "aku sih ikut, tapi bingung cari viewnya kak" kataku bimbang. "di belakang rumah aku ada sawah, bisa lho di jadiin object .. lagian gak usah yang mewah kan ?" kata Joe menasihatiku. Aku berpikir bahwa perkataan Joe ada benarnya, kesederhanaan bisa membuahkan hasil yang indah. "bener juga sih kak, ayo kak ke sana" "ayo, bawa kamera kan ?" "bawa kok kak" aku mengeluarkan kameraku yang ada di dalam tas kamera berwarna biru. Aku dan Joe bergegas ke belakang rumah Joe, sawah yang membentang luas, dan para petani yang sedang menggarap sawah. Di sebelah timur, terlihat sepetak sawah yang sudah menguning, dan beberapa petani sedang memisahkan kulit padi dengan padi. "ayo turun" aku sedikit ragu untuk turun, masalahnya jalannya agak curam "takut kak, bantu ya" "lah, bilang dong dari tadi .. sini, pegang tanganku" Joe mengulurkan tangannya, aku menerima uluran tangannya. Tangan Joe memang kekar namun kulitnya halus. Kami berdua turun dengan selamat dan menuju sawah. Ada sebuah gubuk di pinggir sawah, aku dan Joe duduk sebentar di situ. "sana nan, kalo mau foto, mumpung viewnya lagi gandem hehe" memang benar yang dikatakan Joe, pemandangannya memang keren. Ku nyalakan kameraku dan mulai membidik ibu-ibu yang sepertinya sedang menggosip saat memilah-milah padi, kena ! aku lihat hasilnya, "kalo gini hasilnya mending di black and white aja ya kayaknya" gumamku sendiri sambil membesarkan hasil. Beberapa kali ku lihat Joe sedang bermain juga dengan kameranya, aku berjalan ke sebelah barat sawah, di sana para petani sedang mencangkul dan ada pula yang sedang membajak sawah.
^^
Kembali ku bidik pak tani yang sedang mencangkul, ketika sedang mengangkat cangkulnya, shutter ku tekan dan kena. Setelah lelah dengan hunting foto, aku dan Joe pulang. "kamu kayaknya capek banget nan" suatu ketumbenan jika Joe berkata seperti itu. "enggak kok, cuma agak pusing aja" "yaudah sini, tak cengklek kamu .. biar gak capek" kata Joe sambil jongkok "enggak ah kak, malu" "udah gak papa .. ayo sini". Akhirnya, dengan malu malu tapi mau aku naik di atas punggung Joe, dia menggendongku sampai rumahnya, dan disambut oleh mamanya Joe. "eh kalian sudah pulang, kebetulan banget nih .. mama masakin nasi godhog kesukaan kamu Joe, Keenan suka kan nasi godhog ?" karena aku benar-benar lapar, aku mengangguk ketika Tante Ina menawarkanku nasi godhog. Tante Ina adalah mama Joe, sangat baik kepadaku. Ia seperti mamaku, suka membiarkan anaknya mengeksplorasi hobinya. Ketika sepiring nasi godhog ada di hadapanku, aku bergegas ke wastafel yang ada di dekat dapur setelah itu makan malam bersama keluarga Joe. Mama dan Papa Joe sangat senang akan kedatanganku, masalahnya orang tua kami ternyata saling kenal. Pernah suatu ketika, saat aku demam, Joe dan mamanya ke rumahku dan setelah itu mamaku dan mamanya menggosip dan bernostalgia. Sejak saat itu, keluarga kami menjadi dekat.
^^
"aku baik-baik aja kok Ron, kamu gimana ?" kataku sambil mengedit foto, Ronny menelponku. Sebenarnya aku sedikit malas, tapi aku tidak mau dikatakan sombong. Apalagi dia teman dekat Joe, sebenarnya Ronny sudah tahu jika aku sedang dekat dengan Joe, jadi cukup lega juga jika Ron jaga jarak denganku. "aku baik-baik juga .. minggu depan katanya ada pameran dari kelas fotografimu ya nduk ? aku dikasih tau sama Joe barusan". Ya, Ronny memang memanggilku "nduk" sebutan yang sangat njawani. Joe, kaki tangan Ronny untuk tahu bagaimana kabarku, atau kegiatanku akhir-akhir ini. "iya Ron, dateng aja .. lagian Solo sama Jogja deket kan ? kangen juga sama traktiranmu hehehe" "huuuu soal traktiran aja kamu kangen, kalo sama aku gak kangen apa ?" "kangen dikit hahahaha". Jika boleh jujur, aku sering merindukan Ronny, aku rindu saat aku bisa menangis di bahunya. Ataupun memeluknya saat aku benar-benar sedih. Semenjak dia pindah ke UNS, aku dan dia agak berjauhan. Alasan kedua adalah pacarnya sangat over protective, jadi aku dan Ronny hanya bisa SMS atau telepon jika Ronny punya banyak uang. "banyak juga gak papa lho nduk, aku kangen banget sama kamu nan" suaranya melemah ketika mengucapkan kata "kangen". Tiba-tiba di dalam dadaku terasa sesak, mataku panas dan bulir air mata pun menetes. "Kamu kok gitu sih Ron .." aku terisak. "Kamu kenapa nangis ? ya emang kok .. kita udah temenan dari orok, walaupun dulu SD sering ku jailin .. itu karena aku sayang sama kamu nduk, ya maaf jika dulu aku nyakitin hati kamu .. tapi aku rasa Joe pantas denganmu .. sama-sama suka nggambar, suka fotografi, suka nyepik hahaha" aku tertawa mendengar dia berkata "nyepik", yang dimaksudkan Ronny adalah bercakap-cakap dengan bahasa inggris. "besok minggu mbok kamu ke rumahku Ron, kangen berat sama kamu e, pengen tak pukul, wek hehe" "tuh kan, kamu itu kangennya banyak sama aku .. huu dasar haha, ya semoga bisa ya nduk, aku lagi banyak tugas" "don't you have time for me a while Ron ? i miss you .." aku juga tidak tahu kenapa menjadi 'menye' begini, tapi yang ku rindukan dari Ronny adalah pelukannya. "nduk, udah jangan nangis lagi, kalo kamu sedih aku juga ikutan sedih .. gak bakal PHP wes, besok pas pameran aku dateng .. kalo tugasku selesai ya minggu tak sowan". Aku mengambil tissue dan membersihkan air mata, dan juga ingus. "iya iya, janji lho tapi Ron" "iyaaaaa nduuukku .. udah sana tidur, udah jam 22.00 .. besok kamu kuliah kan ?" aku masih berkutat dengan photoshop dan mengedit gambar bapak tani yang sedang mengangkat cangkulnya. "aku lagi edit foto buat pameran, kalo kamu ngantuk duluan aja gak papa" "okedeh, malem nduk" "iya malem Ron" akhirnya ku tutup telpon dari Ronny. Aku baru sadar jika di sebelah kanan komputerku ada figura bergambar Doraemon, di dalamnya ada fotoku dengan Ronny, fotoku dengan Joe, fotoku dengan Faby dan fotoku dengan kakakku Mas Yoga. "Mas Yoga lagi ngapain ya di Jakarta ? telepon ah", kerinduanku terhadap sang kakak rupanya lebih besar daripada Ronny. Mas Yoga juga merupakan teman Ronny, lebih tepatnya teman Band. Ya, dulu mereka punya band yang diberi nama "Woke Up", tapi setelah kakakku kuliah di Jakarta, band ini bubar.
^^
"halo mas Yog .. lagi ngapain ?" kataku sambil mengaduk gula dalam teh panas yang ku buat. Maklum, malam ini dingin sekali. "adeeeek .. akhirnya telepon juga, tak kira lupa kalo punya mas, ternyata inget hehehe" kakakku ini memang sangat ajaib, bagaimana tidak ? biasanya yang tidak ingat jika dia punya adik juga dia. Walau aku rindu dia pun, jika dia sedang ada job pasti tidak mau mengangkat telepon dariku atau mama dan papa. Kakakku kuliah di Trisakti mengambil jurusan fotografi, dan kerja sambilan yang ia ambil adalah asisten fotografer kondang ibukota. "Biasanya juga mas Yoga yang kalo di telpon bilang 'aduh dek, aku lagi sibuk, nanti aja aku telepon' aku nunggu 2 jam gak ditelepon balik, ya udah aku bobok" "hehehe, maaf diajeng, aku khilaf .. gimana dek ? kok tumben telepon ? apa mau bilang kalo udah jadian sama Mahardika ? hehehe" aku terhenyak ketika kakakku mengetahui bahwa aku sedang dekat dengan Joe "kok mas bisa tau ? mama ya ?" "iya dek, mama kemarin cerita sama aku .. ciye ciyeee, tapi Joe emang cocok lho sama kamu, dia dulu di Jakarta juga sering main sama aku". Well, dunia ini begitu sempit, "haduh, mas tolong aku dong, aku kan minggu depan ada pameran fotografi, kasih ide dong buat ngisinyaaa ya mas ya" "hmmm .. yang lagi in sekarang bokeh dek, itu lho yang fotonya jadi bulet-bulet sinar lampu, tau kan ?" aku berpikir sejenak, bokeh menurutku juga bagus. "bisa tuh, gimana sih caranya ? aku gak tau mas" "halaaah, gari kok manualke wae kabeh, bar kui teko dimainke wae lensane, lak wes .. katanya anak fotografi, gitu kok bingung". Itulah kakakku,  kalau sedang mengajar pasti njawaninya keluar. Maklum, kakakku juga asisten dosen, jadi jika aku bertanya pada kakakku, kakakku akan berubah menjadi guru yang tegas. Tapi, ada satu yang mengganjal, jika kakakku sedang mengajar teman-temannya yang notabene berasal dari suku berbeda dan pasti kata yang mereka tahu hanya "orapopo" dan "apik-apik wae", bagaimana kakakku ini mengarahkan dengan bahasa Jawa ? mungkin bahasanya menjadi campur-campur. "yaudah deh kak, aku tidur dulu ya ? ngantuk nih" "hmm .. iya sana bobok .. udah malem ini, dadah Keenan, nurut sama mama sama papa" dasar kakak bawel, "iyaaaaa daaddaaaah mas Yoga" dan langsung 'klek', ku matikan telepon.
^^
Pameran Fotografi tinggal H-2, foto-fotoku sudah ku masukkan bingkai. Anehnya, Joe tidak mau di ganggu akhir-akhir ini, setiap aku ke rumahnya dia hanya mengatakan "aku lagi sibuk nih Nan hehe maaf ya". Mamanya juga berkata bahwa akhir-akhir ini dia terlihat sibuk, dan juga Joe sering membawa teman barunya yang ternyata adalah Kak Andi, mentor di kelas fotografi. Aku semakin tidak mengerti dengan mereka, jangan-jangan aku di PHP. Aku mulai positive thinking, mulai dari berpikir bahwa dia sedang mempunyai project, atau juga Joe belajar privat tentang fotografi. Aku bercerita kepada semua orang yang ku kenal baik, mulai dari ibu peri Faby, Ronny, Mas Yoga dan mama. Entah kenapa bisa, namun mereka kompak menjawab "Joe gak bakal PHP kamu, karena dia itu kalo sudah serius gak bakal ngelepas gitu aja" aku curiga jangan-jangan ada skenario di balik "kekompakan" mereka. Sudahlah Nan, positive thinking. Malam ini ku habiskan untuk menggambar, aku menggambar Joe dan kulakukan di atas kanvas yang lebih pantas disebut melukis. Satu hal yang kusadari adalah, ternyata kanvas tidak semahal yang aku pikirkkan. Aku menggambar Joe sedang memegang semangka sambil tersenyum. Benar-benar lukisan yang mempunyai 2 objek saling menyegarkan.
^^
Hari H telah datang, karena hari ini sibuk, kuputuskan untuk membawa mobil ke kampus. "udah disiapin semua ?" kata mama yang sedang menyiapkan sarapan untukku, "udah mah .. udah Keenan masukin ke dalam mobil" "syukurlah kalo gitu ..". Aku melihat jam dinding dan jam menunjukkan pukul 06.45, padahal briefing dimulai pukul 07.00 "weeeh, udah jam tujuh kurang seperempat .. ah, berangkat deh" aku hendak berlari ke bagasi "eeeeh, belum selesai sarapan kamu, dah dibawa aja rotinya, sini salim dulu" aku bersalaman kepada mama dan memberi hormat "dah mamah" "dah Keenan" kata mama sambil melambaikan tangan. Aku bergegas ke kampus. Sesampainya di sana, para peserta pameran telah berkumpul dan kelihatannya sedikit kesal karena keterlambatanku, seorang perempuan berkacamata tebal dan mirip dengan Aralle menegurku "Keenan kok tumben banget telat ? jadi pada nunggu nih" ia mendengus kesal "maaf ya semua, tadi pagi aku cek ulang, trus waktu berangkat macet di jalan" "emang kamu naik apaan ?" bagaimanapun juga, perempuan ini ingin ku gampar jika itu tidak dosa dan tidak membuat ribut "mobil .." jawabku singkat. "sudah, gak papa kok Nan.. lagian ada yang lebih ngaret dari kamu .." kata Kak Andi, ngomong-ngomong batang hidung Joe belum terlihat, mungkin ini yang disebut Kak Andi. Setelah briefing, aku dan para peserta mulai pergi ke stand-stand yang sudah ditentukan. Aku berada di tengah-tengah para senior, dan di seberangku adalah hasil karya Joe. Aku sendiri tidak tahu mengapa bisa sangat kebetulan. Joe belum hadir, padahal 15 menit lagi pameran sudah dimulai. Pameran pun telah dibuka dan para pengunjung yang notabene adalah anak-anak kampus dan anak SMA yang ikut asosiasi fotografi di sekolahnya sudah meramaikan pameran. "wah, punya kakak kelas kamu dulu keren ya cha" aku mendengar salah satu anak perempuan berkata begitu kepada temannya "ayo dek, kalo mau tanya-tanya boleh kok". "kak, ini ambil foto dimana to ? kok kayaknya gak asing .." kata temannya yang satunya sambil menunjuk salah satu karyaku "ini di deket rumah temenku dek" "ooooh ... bagus banget mbak .. eh iya, ini bikinan kakak ?" tiba-tiba ia menunjuk lukisanku. "i-i-iya dek hehehe, masih belajar ini .." Setelah berkenalan dan tanya jawab, ia ditelepon ibunya untuk pulang, ia cepat-cepat pulang dan pamit denganku dan galeriku sepi.
^^
Tiba-tiba Joe datang dengan tergesa-gesa,membawa tumpukan bingkai. "gimana sih Dik, kamu kok teledor banget ! udah jam berapa nih ?" Kak Andi pun marah kepada Joe, aku kasihan dan tidak tega melihat Joe dimarahi di depan teman-teman. Aku mendekati mereka berdua, "sudah kak Andi, kasihan .. banyak yang liat kak" "dia kayak gitu sih, seenaknya sendiri, emang dia siapa ?" panitia yang lainnya pun datang ke tempat kejadian dan berusaha menenangkan Kak Andi. Setelah Kak Andi tenang, dia minta maaf kepada Joe, dan sebaliknya. aku kembali ke tempatku dan memperhatikan Joe. dia mengambil satu persatu hasilnya dan memasangnya di tembok. Saat dia sedang keluar, aku mendekati karyanya, sepertinya aku tidak asing dengan orang yang ada di foto, aku semakin penasaran. Setelah ku dekati foto-foto itu, ternyata yang ada di foto itu adalah aku. mulutku terbuka lebar, dan ku tutup dengan kedua tanganku. Selama ini, ternyata Joe menjadi Paparaziku. Foto-foto itu diambil saat aku sedang tersenyum, tertawa, memotret, memberi es krim ke anak-anak jalanan, atau saat aku sedang memakan buah semangka, saat aku bertemu dengan Ronny dan banyak lagi. ada satu bingkai, isinya adalah kumpulan surat yang ditujukan kepadaku. Dari yang tulisannya seperti cakar ayam hingga tulisan seperti font di komputer. Isinya kira-kira begini "Keenan, aku menyukaimu, terutama saat kamu tertawa, tawamu menyegarkan, seperti apa ya ? oh .. seperti buah semangka .. iya, kamu menyegarkan seperti semangka". Ternyata selama ini, aku dan dia mempunyai kesamaan mendiskripsikan masing-masing dari kita. Joe terlihat kaget saat aku sedang membaca surat darinya.
^^
"Keenan ..." suara Joe sedikit berat, seperti ingin mengungkapkan hal yang serius, "ada apa kak ?" aku sendiri bingung ingin berkata apa. "kamu gak keberatan kan sama semua ini ?" matanya menatapku, sangat dalam. Melebihi dalamnya Samudra Pasifik ataupun Laut Karibia. Aku sangat gugup dan kikuk, "a-a-aku gak papa kok kak, sebenernya ada apa dengan karyamu ? kenapa semua fotomu adalah gambarku ?". Joe mendekat dan memegang tanganku "semua ini, aku buat karena aku .. suka sama kamu, dari SD aku udah kagum sama kamu, aku ..." telunjukku ku tempelkan di mulut Joe, menurutku sudah cukup mendengar kata-katanya barusan "sudah kak, kakak bilang gitu aja aku sudah tau kok, mau nggak mampir standku ?". Kemudian aku dan Joe menuju standku, Joe melihat lukisanku dan menerka-nerka. "Nan, ini siapa sih ? kok aku gak asing ?" kata Joe seraya menunjuk lukisanku, "itu kan kak Joe, hehehe" "lho, kok sambil bawa semangka ?" mendengar pertanyaan itu, otakku mulai berputar mencari jawaban yang catch dengan lukisan yang ku buat."eennggg .. itu imajinasiku, aku suka kalo liat kakak senyum, kayak liat semangka di siang hari, seger gitu heheh". Joe mulai berpikir dan memutar bola matanya, "aha, berarti kita sama dong Nan hehehehe" dan kami berdua hanya haha-hehe semata, Joe mulai merasa canggung dan aku juga agak kikuk saat dia melihatku. Tiba-tiba lagu yang ada di ruangan ini berubah, dari yang tadinya hanya instrumen jazz dan depapepe berubah menjadi lagu dari Tulus yang berjudul Teman Hidup, jemari tangan Joe menggenggam erat jemari tanganku, jujur aku deg-degan "kamu mau Nan .. jadi teman hidup aku ?". Sebenarnya aku sudah tahu jawabannya, tapi aku belum siap untuk berkata iya, aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal dan pura-pura berpikir. "udah, terima aja Nan .. gak usah mikir-mikir lagi" suara perempuan itu sangat tidak asing, itu suara Faby. Aku menoleh ke belakang dan ternyata Faby, Ronny, Mas Yoga dan Kak Andi sudah sejak tadi berdiri di situ. "kalian sejak kapan berdiri di situ ?" mereka kompak menjawab "dari tadi hahaha" mereka memang orang-orang terkonyol yang sangat aku cintai. "udah nduk, aku merestui lho ini hehe" kata Ronny, Joe hanya tersenyum melihat tingkah mereka. "baiklah, setelah kuputuskan matang-matang .. aku mau jadi .. emm .. jadi teman hidup kak Joe" karena aku menghindari adegan seperti di FTV aku menolak untuk berpelukan. "Harusnya itu pelukan dek .. wah gak seru nih" protes Mas Yoga "aku gak mau kayak FTV, geli tauk .. banyak yang lihat lagi" "yaudah, pelukannya nanti aja ya kalo udah sepi hehehe" canda Joe. Canda dan tawa serta cinta dan bahagia hari ini kurasakan dan membuatku senyum-senyum sendiri di kamar.
^^
Satu tahun kemudian ...
Setahun aku berpacaran dengan Joe, semua perasaan mulai dari bahagia hingga tangis kami rasakan. Syukurlah bisa bertahan hingga saat ini. Aku masih sering ke rumah Joe dan merawat Fucia. Ngomong-ngomong, Fucia mempunyai 4 anak, buah perkawinan dengan anjing tetangga yang sama-sama golden. Aku masih sering minta traktir Faby si Ibu Periku, lebih-lebih dia sekarang sudah punya pacar, dan coba tebak siapa pacarnya , Kak Andi. Kenapa bisa ? jadi si Faby ini ikut kelas fotografi, suatu saat mereka sedang melakukan hunting di Taman Sari. Faby ditunjuk oleh Kak Andi menjadi modelnya, mereka jadi sering ngobrol dan bercanda. Akhirnya mereka saling minta nomor ponsel dan ketemuan. Di suatu sore, Kak Andi mengajak Faby untuk Candle Light Dinner di sebuah Restoran di Jogja dan di saat mereka sedang mengobrol, Kak Andi menembak Faby. "Well, Andi is a romantic guy that i ever meet" kata Faby saat mentraktirku di McDonald Ambarukmo Plaza. Keluargaku sehat dan Mas Yoga tetap eksis di dunia fotografinya di Jakarta. Ronny ? dia tetap dengan pacarnya, pacarnya sekarang tidak se-over protective dulu lagi. Apalagi setelah Ronny sering mengajakku untuk Double Date dengan Joe. Aku bersyukur kepada Tuhan dengan segala kebahagiaan yang telah ku dapatkan. Semoga semua ini everlasting, endless and happily ever after. "Nan, ayo ke sawah" Joe memanggilku, sebaiknya ku akhiri cerita ini, dengan satu senyuman kita bisa mendapatkan sejuta kebahagiaan, dengan senyum kita bisa tambah teman, dengan senyuman kamu bisa mencari jodoh hehe dan karena senyum adalah lengkungan yang meluruskan.

0 komentar:

Posting Komentar